Rabu, 13 April 2011

ANAK KEBUTUHAN KHUSUS

Setiap orang tua pasti ingin memiliki anak yang sempurna, memiliki tubuh yang bagus, cerdas, pintar, kreatif, dan penampilan menarik. Kenyataannya pada saat ini banyak sekali di temukan anak-anak kebutuhan khusus.

Sebelum kita membahas lebih lanjut lagi mari kita bahas dulu apa yang dimaksud dengan anak kebutuhan khusus. Anak kebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki gangguan atau tidak mampuan dan anak-anak yang bergolong barbakat.

fenomena ini  meningkatnya jumlah anak-anak berkebutuhan khusus di Indonesia, terutama anak-anak dengan spectrum autis (atau autistic spectrum disorder) dan anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan umum lainnya, yaitu keterlambatan bicara, gangguan belajar, gangguan perilaku (hiperaktif dan hipoaktif), down syndrome, cerebral palsy, dan sebagainya, menimbulkan keprihatinan yang mendalam dari sejumlah profesional medis, psikologi, orang tua dan para pemerhati masalah anak.

 Kesulitan utama perbaikan penanganan anak-anak berkebutuhan khusus ini adalah mengenai Informasi dan kesulitan mendiagnosa para penderitanya. Agar lebih maksimal memang sebaiknya penanganan dilakukan sejak usia sangat dini, sayangnya kesalahan diagnosa sering justru menyebabkan anak-anak itu mengalami kemunduran.

Hingga saat ini anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat perhatian yang cukup luas di masyarakat adalah mereka yang tergolong kedalam Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder (ASD). Berikiut ini ada beberapa pengelompokan gangguan yang di alami oleh anak-anak kebutuhan khusus. Dan ada juga beberapa penggolongan anak-anak yang dianggap memiliki kebutuhan khusus.

Gangguan pada anak kebutuhan khusus, yaitu:
1. Gangguan Indra
a. Gangguan penglihatan, anak-anak yang memiliki gagguan penglihatan ini cara untung mengajarnya adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik. Dan letak murid di bagian depan supaya dia lebih mudah dan jelas melihat dan menangkap pelajaran.
b. Gangguan pendengaran, pendekatan pendidik untuk membantu anak yang memiliki masalah pendengaran terdiri dari 2 katagori: Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya. Pendekatan manual adalah dengan bahasa isarat dan mengejar jari (Finger spelling).

2. Gangguan Fisik
a. Gangguan ortopedik biasanya anak memiliki kebatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi.
b. Cerebral palsy adalah gangguan yang berupah lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jeals.
c. Gangguan kejang-kejang.

3. Gangguan Bicara dan Bahasa
a. Gangguan artikulasi adalah problem dalam malafalkan suara secara benar.
b. Gangguan suara adalah gangguan dalam menghasilakn ucapan, yakni ucapan yang keras, kencang, terlalu keras, terlalu tinggi, atau terlalu renda nadanya.
c. Gangguan kefasihan adalah gangguan yang biasanya disebut "gagap"
d. Gangguan bahasa adalah kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak.

4. Gangguan Perilaku dan Emosional
a. Perilaku agresif, di luar kontrol.
b. Depresi, kecemasan, dan ketakutan.

Penggolongan anak-anak yang memiliki kempuan khusus:
1. Autistic Disorder
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

2. Asperger Disorder
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya.

3. Rett’s Disorder
Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.

4. Childhood Disintegrative Disorder.
Yang membedakan anak Childhood Disintegrative Disorder (CCD) dengan anak autisme adalah bahwa umumnya anak CCD sempat berkembang secara normal sampai beberapa tahun termasuk kemampuan bahasa bicaranya. Biasanya anak-anak itu mengalami kemunduran setelah menginjak 2 tahun. Kemunduran kemampuan pada anak CDD bisa samapai pada kondisi anak dengan ganggaun autisme berat (low fuctioning autisme) dengan performa yang sama.

5. Pervasive Development Disorder Not Otherwie Specified (PDD-NOS)
Anak dengan gangguan PDD-NOS performanya hampir sama dengan anak Autisme hanya saja kualitas gangguannya lebih ringan dan terkadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi wajah tidak terlalu datar dan masih bisa diajak bercanda.

Selain penggolongan di atas, ada juga anak-anak berkebutuhan khusus lain dan sering di salah kaprahkan dengan anak-anak Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder. diantaranya adalah :

1. Child with developmental Impairement
Yang banyak dikenal di Indonesia sebagai anak tuna grahita (mental retardation).

2. Child with specific learning disability
Anak berprestasi rendah yang lebih populer dengan istilah anak berkesulitan belajar.

3. Child with emotional or behavioral disorder
Anak dengan ganguan perilaku menyimpang/emosional menunjukan masalah perilaku yang dapat terlihat seperti ; selalu gagal/tidak dapat menjalin hubungan pribadi yang intim, berprilaku tidak pada tempatnya (sering mencari perhatian dengan cara-cara yang tidak logis), merasakan adanya depresi dan tidak bahagia (diri sendiri/bisa keluarga/lingkungan sosial) prestasi belajar menurun (memiliki masalah-masalah kesulitan belajar bukan disebabkan faktor intelektual, sensori atau kesehatan).

4. Child who have attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain.

5. Down Syndrom
Anak down syndrom sangat mudah dikenali lewat bentuk wajahnya (seperti orang mongol).

Semua ini merupakan gangguan dan penggolongan pada anak-anak yang memiliki kebutuhan terbatas.
Semoga apa yang sudah tertara diatas ini bermanfaat.

sumber:
Buku, John W. Santrock
http://ekky-psikologi08.blogspot.com/2010/05/mengenali-anak-berkebutuhan-khusus.html

Kamis, 07 April 2011

Tugas Kelompok: Fenomena Pendidikan

Nama kelompok:

Fenomena-fenomena yang kami bahas adalah :
1. Kenakalan Remaja di Kota Payakumbuh (http://luthfi-pelajar.blogspot.com/)


1. Kenakalan Remaja di Kota Payakumbuh

    Dari kasus di atas dapat kita lihat bagaimana kenakalan remaja yang terjadi di kota Payakumbuh. Di mana kenakalan-kenakalan yang mereka lakukan sudah sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Remaja yang seharusnya menjadi penerus bangsa ini, malah melakukan hal-hal yang tidak baik dan menentang norma-norma yang ada. Bahkan kenakalan itu seperti sebuah kebiasaan yang harus dilakukan oleh para pelajar di sana.Mereka sudah tidak punya adab dan etika kepada orang tua atau guru, sering melakukan free sex, menyaksikan hal-hal yang berbau porno, dan juga budaya nyintek amat dijunjung tinggi oleh para pelajar di Payakumbuh ini. Benar-benar membuat kita miris melihat kejadian ini.

Pembahasan :
    Ditinjau dari teori psikologi pendidikan, seharusnya anak-anak di Payakumbuh ini diberikan pendidikan yang baik tentang beretika dan berakhlak yang baik. Dan juga orang tua dan para guru juga harus diberikan konseling oleh psikolog untuk dapat membantu mengubah prilaku anak-anak di sana.
     
    Ditinjau dari teori pendidikan keluarga, seharusnya orang tua sudah menanamkan nilai moral pada anak mereka sejak dini, dan juga memantau setiap gerak-gerik anak yang mencurigakan. Orang tua juga seharusnya bersikap tegas dan bijak. Mereka harus memberi punishment yang sesuai apabila anak tersebut melakukan pelanggaran, dan juga harus peduli dengan apa yang dilakukan anak tersebut. Jangan hanya sibuk dengan urusan sendiri dan meninggalkan tanggung jawab sebagai orang tua.

    Ditinjau dari teori bimbingan sekolah, dalam kasus ini seharusnya sekolah juga memberikan pelajaran tentang akhlak dan agama yang lebih mendalam, sehingga anak akan menjadi lebih tahu dan sadar bahwa yang mereka lakukan itu adalah salah. Para guru dan pihak sekolah yang bersangkutan juga harus memberikan perhatian yang khusus kepada anak-anak tersebut. Dan juga mereka harus memberikan hukuman yang cukup berat apabila para anak melakukan kenakalan seperti mencontek atau melihat hal-hal yang berbau porno.

2. Jangan Asal Memilih Jurusan

    Dari kasus ini dapat kita lihat bahwa seseorang yang salah jurusan dalam memilih program studi di universitas malah dapat membuat dia menjadi kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar nantinya. Bahkan akibat dari itu, mahasiswa tersebut menjadi malas dan enggan untuk datang ke kampus. Kalau pun mereka datang, paling-paling hanya untuk mengisi absen saja. Banyak faktor yang membuat seseorang salah dalam memilih jurusan, seperti paksaan dari orang tua untuk masuk ke fakultas yang diinginkan orang tua kita, atau ikut-ikutan dengan teman saja dan juga karena ingin bangga aja bisa jadi mahasiswa apalagi menjadi mahasiswa di PTN.Padahal dari faktor itu malah dapat membuat kita menjadi salah dalam memilih jurusan yang otomatis akhirnya kita malah akan malas dan menyia-nyiakan perkuliahan kita nantinya.

Pembahasan :
    Ditinjau dari psikologi pendidikan, para siswa yang akan masuk ke PTN atau PTS seharusnya dari awal sudah memikirkan dengan matang jurusan yang akan dipilihnya dengan cara melihat kelebihan atau bakat apa yang ada dalam dirinya itu. Seperti mengikuti tes minat dan bakat atau tanya pada orang-orang di sekitar kita apa kelebihan yang dimiliki oleh kita. Dari sana kita dapat tahu nantinya jurusan apa yang sesuai dengan diri kita.

    Ditinjau dari teori pendidikan keluarga, orang tua seharusnya tidak memaksakan keinginan mereka dalam menentukan pilihan jurusan si anak. Mereka harus memberikan kebebasan pada anak tersebut untuk memilih jurusan apa yang diminati si anak. Sehingga anak pun akan menjadi lebih optimal dalam mempelajari pelajaran yang sesuai dengan minatnya di perkuliahan nantinya.

    Ditinaju dari teori bimbingan sekolah, peran para guru juga sangat membantu anak/siswa dalam memilih jurusan yang sesuai dengan si anak. Dengan cara memperhatikan dan memberi bimbingan pada si anak yang ingin masuk ke Perguruan Tinggi, agar nantinya siswa itu tidak salah jurusan. Atau pihak sekolah dapat memanggil psikolog untuk memberikan tes pada para siswa, sehingga mereka dapat tahu jurusan apa yang sesuai dengan mereka.

3. Pendidikan Pra Sekolah
    Pendidikan prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi. pengetahuan, dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup. Di sini pendidikan prasekolah sangat berperan penting untuk menghatarkan anak menuju masa sekolah nantinya. Pendidikan pra sekolah juga berperan penting dalam perkembangan kognitif, bahasa dan sosial ekonomi. Di mana anak tersebut akan belajar bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, dan juga dapat untuk mengembangkan mental anak tersebut sebagai persiapan untuk melangkah ke pendidikan formal.

Pembahasan :
    Ditinjau dari teori psikologi pendidikan, pendidikan pra sekolah sangat berperan penting dalam perkembangan kognitif si anak. Dimana anak nantinya dapat mengingat dan memahami tentang hal-hal yang ada di sekitarnya. Tidak hanya perkembangan kognitif saj yang berkembang, bahasa juga berkembang karena anak akan berinteraksi dengan teman dan guru, sehingga perkembangan bahasanya akan berkembang secara optimal. Apalagi sekarang banyak sekolah pra sekolah yang mengajarkan anak didiknya untuk belajar dua bahasa sekaligus seperti bahasa inggris dan bahasa Indonesia.

    Ditinjau dari teori pendidikan keluarga, biasanya anak-anak prasekolah merupakan anak-anak yang orang tuanya bekerja atau mempunyai kesibukan lain sehingga para orang tua tidak memiliki cukup waktu untuk mengajari anak mereka. Jadi pendidikan pra sekolah ini sangat membantu para orang tua yang tidak bisa mendidik anak mereka

    Ditinjau dari teori bimbingan belajar, peran guru sangat penting dalam perkembangan anak tersebut. Karena para guru di sekolah pra sekolah lah yang memiliki banyak waktu dalam memndidik anak tersebut. Guru harus membimbing anak tersebut dalam belajar, membantu mereka berinteraksi dengan teman-temannya. Guru juga harus sabar dalam menghadapi anak pra sekolah yang biasanya cukup manja dan susah untuk belajar. Maka dari itu, guru-guru untuk anak pra sekolah harus benar-benar pofesional dan tahu bagaimana cara menangani anak-anak prasekolah. Dan juga kurikulum yang disediakan pihak sekolah harus sesuai dengan kemampuan anak pra sekolah tersebut.


Daftar Pustaka :
1. Buku Psikologi Pendidikan, Santrock