Senin, 30 April 2012

LAPORAN MICRO TEACHING

Sri Rizki Amanda (10-017)

Wieny Delvonia (10-032)

Irene Natasya (10-041)

Fatimah Lubis (10-050)

Nurul Mukhlisah (10-117)

Rocky R (10-124)


Sekolah                                 : PAUD NURMALA 

Lokasi                                    : JL. K.L Yos Sudarso LK. 14C Kelurahan Glugur , 

                                                 Kecamatan Medan Barat

Tujuan pemilihan PAUD    : Lokasi yang dekat dengan rumah

Jumlah siswa                        : 25 orang

Usia siswa                             : 2-6 tahun

Konsep Pengajaran              : Bermain sambil Belajar

Tujuan Pengajaran              : Memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kreatif

Alokasi Waktu                      : 120 menit 


 I.                 Tinjauan / Observasi

Sebelum melaksanakan microteaching, kami melakukan observasi terlebih dahulu pada tanggal 9 April 2012 kemudian melakukan diskusi dengan para pendidik untuk mengetahui bentuk pembelajaran yang dibutuhkan sehingga kami dapat merancang konsep pembelajaran. Setelah berdiskusi dengan para pendidik, mereka menginginkan “Budaya Indonesia” menjadi salah satu tema pengajaran kami.


 II.              Latar Belakang pemilihan Konsep

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu bentuk jenjang pendidikan  sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan  pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pada usia sejak lahir sampai 6 tahun, anak-anak diberikan pengenalan lingkungan dengan metode bermain yang bisa merangsang pertumbuhan secara kognitif maupun motorik. Bermain sangat penting bagi anak-anak karena itu adalah kegiatannya. Anak mendapat bermacam-macam pengetahuan dari bermain, contohnya bermain Puzzle yang dapat merangsang otak, melatih koordinasi mata dan tangan, melatih penalaran, pengetahuan akan warna dan bentuk.

Namun saat ini banyak sekali fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terutama di Indonesia. Seiringnya majunya perkembangan zaman, individu semakin bersaing dengan satu dan yang lainnya sampai-sampai membuat manusia terus berusaha menjadi yang terdepan.  Salah satu fenomena yang terjadi adalah para pendidik zaman sekarang berusaha menekankan anak-anak didik untuk menerima materi yang bersifat akademis .Sebetulnya memberikan pendidikan atau pengetahuan tambahan kepada anak-anak tidaklah menjadi sebuah masalah. Tapi hal itu akan menjadi sebuah masalah ketika pemberian pendidikan melebihi perkembangan dan kesiapan mental anak, dimana ada sebuah kasus anak balita diberikan pendidikan yang setara dengan pendidikan anak remaja. Berdasarkan fenomena tersebut, muncullah gagasan kita untuk lebih menekankan komponen bermain (komponen penting pada anak usia dini) dalam suatu pembelajaran namun tetap terarah dalam mendapatkan bekal untuk pengembangan diri selanjutnya. Konsep microteaching kami sesuai dengan tujuan PAUD  yaitu “Bermain sambil belajar”. Anak didik dibiarkan berkreasi dan aktif serta mandiri       ( student centered) dalam meraih pengetahuan dalam cara yang menyenangkan dimana prinsip pedagogis juga menerapkan bahwa domain kognitif dan afektif  tidak bisa berada dalam suasana atau kondisi yang kering. Prinsip itu menyiratkan bahwa proses pedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia. Kami menyelaraskan antara pengenalan akan pengetahuan dengan kondisi yang mereka inginkan.

Semua aktivitas pembelajaran yang berhubungan dengan bermain kami angkat namun ada konteks / latar belakang yang difokuskan adalah “Kebudayaan Indonesia”.  Hal ini bertujuan supaya anak-anak lebih mengenal dan mencintai tanah airnya sendiri serta melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang ditinggalkan oleh para nenek moyang (Hal ini juga disesuaikan dengan keinginan para pendidik).


 III.           Landasan Teori

           Metode pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berpusat pada anak memberikan kesempatan dan kebebasan pada anak untuk mengemukakan pemikirannya, mereka mengemukakan pemikirannya sendiri dan mengidentifikasikannya kegiatannyya. Segala sesuatu yang munculnya dari diri anak dikemangkan menjadi sebuah kurikulum. Aspek yang terpenting dalam metode yang berdasarkan permainan adalah kebebasan anak dalam bermain.

           Secara khusus proses pembelajaran pada anak usia dini haruslah didasarkan prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini, yaitu : 

(1) Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan berdasarkan prinsip belajar melalui bermain;

 (2) Proses kegiatan anak usia dini dilaksanakan dalam lingkungan yang kondusif dan inovatis baik di dalam ruangan ataupun di luar ruangan; 

(3) Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dengan pendekatan tematik dan terpadu; 

(4) Proses kegiatan belajar anak usia dini haruslah diarahkan pada pengembangan potensi kecerdasan secara menyeluruh dan terpadu.

           Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan (Mayesty, 1990: 196-197, dalam Sujiono, Yuliani). Piaget dalam Mayesty (1990:42) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang; sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekpresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta lingkungan tempat dimana ia hidup.

            Pada dasarnya, tujuan utama bermain adalah memelihara perkembangan dan pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak satu dengan anak lainnya (Catron dan Allen, 1999: 163).

            Elkonin dalam Catron dan Allen (1999:1633) menggambarkan empat prinsip bermain, yaitu: 

(1) dalam bermain anak mengembangkan system untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam rangka mencapai tujuan yang lebih kompleks;

(2) kemampuan untuk menempatkan perspektif orang lain melalui aturan-aturan dan menegosiasikan aturan bermain;

(3) anak mengembangkan replica untuk menggantikan objek nyata, lalu mereka menggunakan objek baru yang berbeda. Kemampuan menggunakan symbol termasuk kedalam perkembangan berpikir abstrak dan imajinasi;

(4) kehati-hatian dalam bermain mungkin terjadi, karena anak perlu mengikuti aturan permainan yang ditentukan bersama teman mainnya.

          

 Fungsi bermain antara lain:

(1) dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar, dan keseimbangan, karena ketika bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya;

(2) dapat menggembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain, kamndirian dan keberanian untuk berinisiatif, karena saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang, atau karakter orang lain. Anak juga belajar melihat dari sisi orang lain(empati);

(3) dapat mengembangkan kemampua kemampuan intelektualnya, karena melalui bermain anak seringkali melakukan ekplorasi terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya sebagai wujud dari rasa keingintahuannya;

(4) dapat mengembangkan kemandiriannya dan memnjadi dirinya sendiri, karena melalui bermain anak selallu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan, berlatih peran social sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.

            Cosby dan Sawyer (1995:85) menyatakan bahwa permainan secara langsung memengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkunngannya. Permainan memberikan anak-anak kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi diri/bakat dan untuk berkreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam diri mereka sendiri: mereka bermain untuk menikmati aktivitas mereka, untuk merasakan bahwa mereka mampu, dan untuk menyempurnakan apa yang telah ia dapat baik yang telah mereka ketahui sebelumnya juga hal-hal yang baru.

            Adapun jenis permainan yang dikembangkan di dalam program pembelajaran anak usia dini dapat digolongkan ke dalam berbagai jenis permainan seperti yang dikemukakan oleh Jefree, Conkey dan Hewson (2002: 15-21), yakni permainan eksploratif (exploratory play), permainan dinamis (energetic play), permainan dengan keterampilan (skillful play), permainan social (social play), permainan imajinatif (imaginative play), dan permainan teka-teki (puzzle-it-out play). Keenam penggolongan tersebut pada dasarnya saling terintegrasi satu dengan lainnya, sehingga dalam penerapannya mungkin saja salah satu permainan dapat mengembangkan jenis permainan lainnya. Dari keterpaduan di antara permainan tersebut maka akan menjadi daya tarik tersendiri bagi anak saat melakukan permainan tersebut.


IV.             PELAKSANAAN MICROTEACHING

Pada tanggal 20 April 2012 , kami bergerak ke TPA Nurmala dengan tujuan untuk melakukan micro teaching :

Jam 08:00- 08:30                     : Melakukan Senam dan doa pagi serta perkenalan

-          Kegiatan ini adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh anak murid di PAUD NURMALA, anak-anak dibiarkan untuk melakukan senam pagi bersama dengan bantuan media televisi.

Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan doa bersama anak-anak yang dipimpin oleh ibu guru. Perkenalan anak-anak dilakukan setelah doa bersama selesai.

Jam 08:30-08.50                      :  Bermain kerak lilin

-          Alat dan bahan                                     :  3 buah kerak lilin.

-          Instruksi                                       : Anak-anak dikelompokkan dalam 3 kelompok untuk berlomba menciptakan suatu karya bebas yang terbuat dari kerak lilin. Masing-masing kelompok dibimbing oleh 1 instruktur.  Hasil akhir dinilai dari karya yang terbaik.

-          Tujuan                                                : Merangsang kreativitas anak sekaligus membangun kemampuan anak untuk bekerja sama dalam tim (teamwork).

Jam 08:50-09:05        : Cerita legenda dan role-playing

-          Alat dan bahan                       : Satu buku kumpulan cerita Tanah Karo

-          Instruksi                                  : Anak-anak diajak duduk membentuk lingkaran dan mendengar cerita yang disampaikan oleh instruktur micro teaching  kemudian anak-anak diajak untuk melakukan role-play dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Anak-anak bebas memilih  tokoh yang akan dirole-play.

-          Tujuan                                  :Meningkatkan kemampuan pemahaman bahasa anak, mnenambah pengetahuan anak tentang peran tokoh dalam cerita, mendorong anak untuk lebih aktif berinteraksi, mengajarkan moral dan memperkenalkan budaya Indonesia

Jam 09:05-09:20          : melakukan permainan loncat menyebutkan nama buah dan        gobak sodor

1.      Gobak sodor

Alat dan bahan                        : -- (hanya memerlukan lapangan yang luas)

Instruksi                                  : Anak-anak dibentuk menjadi 2 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 12 orang dan membentuk barisan panjang. Setiap kelompok memiliki pemimpin. pemimpin kelompok berusaha menangkap atau menyentuh anggota kelompok lain yang berada di ujung barisan untuk masuk ke kelompoknya. Kelompok yang memiliki barisan terpanjang ditetapkan menjadi pemenang.

Tujuan                      :Untuk melatih kerjasama dalam tim, melatih kepemimpinan, mengasah kemampuan otak, mengasah kemampuan untuk menganalisa dan mencari strategi yang tepat untuk menentukan keputusan dalam melangkah, meningkatkan kekuatan dan ketangkasa

2.      Loncat Buah

Alat dan bahan                       : -- (hanya memerlukan lapangan yang luas)    

Instruksi                               : Permainan ini melibatkan 2 pihak, yaitu pihak penjaga, dan pihak yang meloncat. Pihak penjaga terdiri dari 2 orang, sedangkan pihak yang meloncat terdiri dari anak-anak selain anak-anak di pihak penjaga. Kedua anak pihak penjaga harus jongkok sambil bergandengan tangan untuk membentuk “pagar”. Anak-anak bergantian meloncat melangkahi “pagar”  penjaga sambil menyebutkan satu nama buah. Anak-anak yang menyentuh pagar penjaga sewaktu melompat akan menggantikan anak yang tersentuh sebagai penjaga.

Tujuan                                 : Meningkatkan kemampuan otak anak untuk cepat memberi respons, melatih gerak motorik anak dan melatih kemampuan dalam mengingat serta menambah pengetahuan akan jenis-jenis buah (salah satunya).


Jam 09:20 istirahat

Jam 09: 25-09:50                             : Mewarnai

Alat dan Bahan                                 : 6 buah buku gambar, crayon

Instruksi                                           : Anak-anak dibentuk kelompok menjadi 3, setiap kelompok diberikan seorang mentor untuk memperhatikan hasil kerja dari anak-anak didik dan diberikan waktu 20 menit untuk menyelesaikannya.

Tujuan                                       :  Melatih kemampuan koordinasi antara mata dan tangan, membantu dalam pengenalan warna, melatih penalaran dan kreativitas anak , melatih anak mengenal detail suatu objek sehingga dapat mewarnai tanpa lewat garis dari suatu objek, meningkatkan konsentrasi, mengembangkan ketrampilan motorik baik secara halus melalui gerakan-gerakan jari tangan maupun kasar melalui gerakan lengan.


Jam 09: 50- 10:00                              : Penutup

         Pembagian reward, acara foto serta berrnyanyi bersama dengan para guru dan siswa PAUD NURMALA.


V.    HASIL PELAKSANAAN

Tujuan dari kegiatan micro teaching , yaitu memperkenalkan dan menambah pengetahuan anak-anak mengenai kebudayaan Indonesia melalui prinsip belajar sambil bermain. Melalui kegiatan micro teaching ini anak-anak mendapatkan pengetahuan mengenai permainan tradisional Indonesia (gobak sodor, loncat buah), berkreasi dengan plastisin (kerak lilin), menyanyikan lagu daerah indonesia (bungong jeumpa, dan suwe ora jamu), dan kegiatan bermain peran dalam suatu cerita serta mewarnai.

Kegiatan micro teaching ini lebih menantang kelompok untuk dapat melakukan tugas sebaik mungkin, selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu, kami juga bertanggung jawab terhadap kegiatan mengajar pada anak-anak. Tanggung jawab itu berupa bagaimana kami dapat menstransformasikan ilmu/bahan ajar kepada anak-anak dalam bentuk yang lebih menyenangkan. Tentunya dengan menerapkan teori-teori paedagogi dan prinsip belajar pada anak prasekolah.

Setelah melakukan kunjungan ke lapangan, kegiatan micro teaching dapat berjalan lancar, walau ada kendala disana sini sehingga mengharuskan kami melakukan improvisasi pada saat mengajar, namun semua bahan ajar yang sudah dikonsepkan untuk ditransferkan pada anak didik dapat tersampaikan dengan baik. Seperti pada kegiatan mendongeng (Legenda dari Tanah Karo), anak mendengarkan dongeng yang disampaikan dengan baik, itu tampak ketika kami mengadakan evaluasi, mereka mampu mereview dongeng yang telah disampaikan. Selain itu, pada saat kegiatan bermain dengan plastisin (kerak lilin), kami membagi anak menjadi beberapa kelompok, dengan tujuan agar bisa melakukan adaptasi dan bersosialisasi dengan teman –teman mereka. Namun kami menemukan ada beberapa anak yang hanya bermain sendiri, dimana mereka belum mau membagi plastisin yang ia punya kepada temannya. Tapi kegiatan ini lebih terstruktur, dikarenakan pada setiap kelompok, mempunyai satu mentor (salah satu dari kami) yang mengarahkan peserta didik, dan kegiatan ini juga berjalan dengan lancar. Setelah itu sebelum peserta didik diajak untuk mewarnai (kegiatan terkahir), kami terlebih dahulu bermain tebak-tebakan lagu daerah dan bernyanyi bersama, sehingga para peserta didik tidak bosan. Dan yang terakhir adalah kegiatan mewarnai, kegiatan ini ditanggapi dengan cukup antusias oleh peserta didik, mereka semangat mewarnai dan mulai saling berbagi cat/pencil warna dan crayon. Kemudian diakhir kegiatan kami membagikan reward kepada peserta didik dan menutup kegiatan pada hari tersebut dengan bernyanyi bersama. Kegiatan micro teaching berjalan cukup baik dan terstruktur sesuai dengan konsep yang telah disiapkan.

Kegiatan micro teaching ini memberikan pengalaman dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi anggota kelompok. Konsep-konsep pedagogi yang dipelajari selama ini tidak hanya tertimbun dalam otak sebagai teori, Namun dipraktekkan secara langsung  yang membuat kami  memiliki kesempatan belajar bersama, meningkatkan kemampuan pemilihan metode mengajar, meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan ketrampilan mengajar serta dapat melakukan feedback dengan para pengajar yang professional untuk menjadi suatu landasan bagi kami yang ingin menjadi pendidik professional di masa depan . Proses mendidik anak tidak semudah yang tertera dalam buku. Kesuksesan dalam mendidik anak tidak hanya dapat diukur berdasarkan tingkat pendidikan guru, namun juga memerlukan ketrampilan berkomunikasi, komitmen,kesabaran, dan kasih sayang dan masih banyak lagi. Dari pengalaman yang diperoleh kali ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai metode pendidikan anak usia dini. 


VI. KALKULASI BIAYA

No

Rincian Pengeluaran

Jumlah

Biaya yang dikeluarkan

1

Buku gambar

6 buah

Rp 12.000,-

2

Plastisin

3 buah

Rp 16.500,-

3

Choki-choki

1 kotak

Rp 13.000,-

  

VII.          ALAT YANG DIGUNAKAN

o   Kamera

o   Alat tulis

o   Handycam

media Audiovisual


DAFTAR PUSTAKA ; 

Sujiono, Yuliani Nurani.2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.          

Jakarta :PT.INDEKS 

Danim, Sudarwan.2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta


Kamis, 12 April 2012

TESTIMONI UTS

Bismillah.

UTS ONLINE ^o^.. ujian online ini merupakan pertama kali bagi saya. Tapi kok yang namanya KULIA ONLINE sudah biasa terjadi di mata kualia pendidikan dan mata kulia peadagogi. Yang saya rasakan adalah senang, takut (cemas). Apa yang saya senangkan ? dan apa yang saya takutkan ? Ia saya senang karena tidak perlu ujian pagi-pagi dan tak osa takut bahan ujian peadagogi dan bahan ujian yang 1 lagi mata kulia tercampur dan saya bisa lebih tenang + bersiap mengikuti ujian mata kulia 1 lagi. Dan yang saya takutin adalah, saya sangat takut jaringan internet saya tiba-tiba tidak konek jadi saya tidak bisa menjawab soal-soal yang ibu berikan. Setiap berapa jam sekali saya lihat blog saya ini, apakah sudah di balas komen saya atau tidak. #parnok banget hehehe


Ujian online ini bukan hanya sekedar menjawab dan mengevaluasi hasil pembelajaran selama setengah semester ini. Semua ini memiliki kaitannaya dengan pelajaran mata kulia paedagogi dan tentunya di dalam psikologi pendidikan.

Senin, 09 April 2012

UTS PEADAGOGI

BEBAS DARI SAKIT MENTAL

Penayakit mental adalah suatu ketidak mampuan menyesuaikan diri serius sifatnya, yang mengakibatkan adanya ketidakmampuan tertentu pada seseorang. Sumber utamanya adalah kegagalan memenuhi kebutuhan akan rasa bersalah dan kegagalan memenuhi ambisi au keinginan kuat. Akibat yang ditimbulkan dari penyakit mental bagi sebagai orang adalah menjadi pemalu dan menarik diri, dan sebagaian lain menjadi garan, agresif, dan jahat (Gea, Wulandari, Babari, 2003). Lalu bagaimana mencegahnya ? Ada tujuh cara untuk mencegah penyakit mental ini, yaitu:
1.       Menyadari keadaan mental sendiri
Dilakukan denagn mengikut tes mental, melakukan refleksi diri di saat tenang, atau bertanya pada orang lain tentang keadaan diri sendiri.
2.      Menyedidiki masa lalu yang berpotensi sebagai  penyebab terjadinya gangguan mental.
Dalam salah satu terapi dianjurkan bahwa pengalaman-pengalaman masa lalu harus disadari dan diungkapkan kembali dengan berbagai cara, dengan sendiri atau dalam kelompok, atau dengan bantuan terapis.
3.       Memiliki teman sebagai tempat berbagi.
Banyak ahli menunjukkan bahwa bagi kebanyakan orang, pertumbuhan dan peningkatan kepribadian berlasung berkat pertolongan orang yang dekat dengan kita.
4.      Berusaha menemukan bentuk-bentuk tingkah laku yang akan memuaskan kebutuhan psikologis dasar.
Bila sumber penyebab gangguan mental sudah jelas, maka langkah pencengahan dan pemulihannya akan efektif.
5.      Meminta bantuan psikolog.
Bisa terjadi bahwa sesudah berusaha mencarinya, penyebab gangguan mental itu belum dapat juga diidetifikasi oleh kita sendiri atau orang lain yang dekat dengan kita.
6.      Tinggal dalam lingkungan yang kondusif.
Orang yang sedang mengalami gangguan mental membutuhkan lingkungan yang sengaja diciptakan sesuai dengan suasana yang lebih menjamin untuk dapat melakukan tindakan-tindakan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar psikologisnya.
7.      Mengerahkan kecenderungan alamiah kea rah nilai-nilai yang luhur dan berpikir positif.
hal ini untuk ditumbuhkan dalam diri orang yang mengalami gangguan mental berat.

Ini lah ketuju cara untuk mencegah gangguan mental. 

sumber:BUPSI 6th

Influence Tactics

Influence Tactics merupakan spesifik perilaku yang digunakan individu untuk memegang kekuasaan dan pengaruh lainnya. Menurut Yukl dan Falbe (1993) ada Sembilan taktik, yaitu:
1. Ratioal Persuasion    : Seseorang yang menggunakan logika dan fakta dalam beragumen untuk mempengaruhi anggota kelompok.
2. Inspiration Appeals   : Seseorang menggunakan tujuan ata goal seseorag dengan usul yang demikiannya agar diterima.
3. Consultation            : Seseorang memohon pentujuk kpada target dalam merencanakan segala sesuatu agar menarik perhatiannya.
4. Ingratiation             : Seseorang mencoba bersikap baik kepada seseorang, lalu setelah itu meminta korban melakukan apa yang ia inginkan. 
5. Personal appeals      : Seseorang menggunakan kesetin atau persahabatn sebagai alasan dalam meminta sesuatu. 
6.  Exchange              : Seseorang menjanjajikan sesuatu yang erharga apabila taget mau untuk membantunya.
7. Coalition tactics       : Seseorang meminta orang lain yang menjadi teman dekat target untuk melakukan apa yang diinginkannya. 
8.  Pressure                : Seseorang menggunakan perintah, ancaman, dan eringaan, untuk mempengauhi target. 
9. Legitimating tactics  : Sesorang meminta bantan target dengan mengatakan bahwa semua yang  dilakukannya akan sesuai dengan tujuan dan arapan organisasi.

Penggunaan taktik-taktik ini sendiri targantung pada situasinya. Kita harus melihat budaya dari kelompok, norma-norma yang ada di dalamnya, dan hal lainnya. Kita juga harus memperhatikan power bases apa yang kita miliki. Secara umum, semakin tingg status kita dalam kelompok maka akan semakin bervariasi taktik yang kita gunakan dalam mempengaruhi indivdu.

Taktik ini akan semakain efektif apabila sebelumnya, kita memiliki hubungan baik dengan target. Studi mengindikasikan bahwa hubungan kit dengan taget sangat berpengaruh dalam saha kita mempengaruhi mereka. Jenis-jenis dibagi menjadi .
1. Upward          : Usaha kita mempengaruhi orang yang berada di atas kita. 
2. Downward      :  Usaha kita mempengaruhi orag yang beada di bawah kita. 
3. Lateal            :Usaha kita mempengaruhi orang yang setara dengan kita (teman sebaya).

Tapi harus diingat penggunaan rencana serta intmidasi sangat tidak bijaksana ketika digunakan dengan orang yang memiliki status lebih tingg dari kit, apabila dia memiliki reward dan coercive power atas dir kita. Kita harus memikirkan untung rugi ketika menggunakan berbagai macam taktik tadi.

Rabu, 04 April 2012

Pedagogi dan Prinsip Pedagogi

Apa itu pedagogi dengan pedagogis ? Dimana bedanya ya ? Pedagogi merupakan kata benda yang bermakna ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran. Sedangkan Pedagogis merupakan kata sifat, yang bermakna sebagai salah satu proses mendidik. Pedagogis menurut Danilov (1978) adalah suatu proses interaksi terus-menerus dan saling berasimilasi antara pengetahuan ilmia dan pengembangan siswa. 

Alberto Garcia et al (2005) berpendapat bahwa pedagogis merupakan tindakan guru dan siswa dalam konteks organisasi sekolah, dimana interaksi itu dilakukan berdasarkan teori pedagogis tertentu, berteoritis pada tujuan intirusional, dan dikembangkan dalam interaksi yang dekat dengan keluarga dan masyarakat untuk mencapai pembentukan siswa secara sehat. Sedangakan, Ana Maria Gonzalez Soca mendefinisikan proses pedagogis sebagai sebuah pendidikan yang menyoroti hubungan antara pendidikan, pengajaran, dan yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian siswa agar mempersiapkan dirinya untuk menjalani kehidupan. 

Mengajar, Paedagogi dan Paradingma Belajar

Mengajar berasal dari kata "ajar". Kata ajar berarti memberi pentunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek tertentu diketahui atau dipahami. Mengajar adalah tindakan seseorang atau tim dalam memberikan pentunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek didik tertentu agar mereka mengetahui dan memahaminya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Pengajar adalah semua proses tindakan yang terjadi dalam kerangka kegiatan mengajar. kegiatan itu dimulai dari merencanakan, melaksanankan, menilai, menhanalisasis hasil, melakukan refleksi, dan membantu tindakan lanjut bagi perbuatan mengajar berikutnya.
Setiap guru didasar pada paradigma yang bebeda mengenai cara siswa belajar. Strategi yang tumbuh dari paradigma yang berbeda. Lima Srategi mengajar, yaitu:
1. Pelatihan dan pelatihan lajut, yaitu mengembangakan keterampilan dasar dan lanjutan daengan tujuan yang jelas, melaksakan pembelajaran dengan langkah-langkah tertentu, dan memperkuat setiap kemajuan.Srategi ini di dasarin oleh hasil temuan psikologi perilaku.
2. Caramah dan menhelaskan, yaitu menyajikan informasi dengan cara yang dapat dipahami, mudah diproses, dan diingat. Srategi ini di dasarin oleh hasil temuan psikologi kognitif.
3. Mencari dan menemukan, yaitu pembelajaran keterampilan berpikir, pemecahan masalah, dan kreativitas melalui penyelidikan penemuan. Srategi ini di dasarin oleh hasil temuan proses berpikir dan penelitian psikologis pada penalaran dan kreativitas.
4. Kelompok dan tim, yaitu berbagai informasi, bekerja secara kooperatif pada pembelajaran proyek, serta mengeksplorasi sikap pendapat, dan keyakinan melalui proses kelompok.