Kamis, 17 Mei 2012

Revisi Laporan Micro Teaching

http://www.youtube.com/watch?v=2XG_gcG_1o8

LAPORAN MICRO TEACHING  
KELOMPOK 3



Sekolah                          : PAUD NURMALA
Lokasi                            : JL. K.L Yos Sudarso LK. 14C Kelurahan Glugur , Kecamatan Medan  Barat
Tujuan pemilihan PAUD : Lokasi yang dekat dengan rumah
Jumlah siswa                  : 25 orang
Usia siswa                      : 2-6 tahun
Konsep Pengajaran        : Bermain sambil Belajar
Tujuan Pengajaran          : Memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kreatif
Alokasi Waktu               : 120 menit 

I.                   Tinjauan / Observasi
Sebelum melaksanakan microteaching, kami melakukan observasi terlebih dahulu pada tanggal 9 April 2012 kemudian melakukan diskusi dengan para pendidik untuk mengetahui bentuk pembelajaran yang dibutuhkan sehingga kami dapat merancang konsep pembelajaran. Setelah berdiskusi dengan para pendidik, mereka menginginkan “Budaya Indonesia” menjadi salah satu tema pengajaran kami.
II.                Latar Belakang pemilihan Konsep
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu bentuk jenjang pendidikan  sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan  pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pada usia sejak lahir sampai 6 tahun, anak-anak diberikan pengenalan lingkungan dengan metode bermain yang bisa merangsang pertumbuhan secara kognitif maupun motorik. Bermain sangat penting bagi anak-anak karena itu adalah kegiatannya. Anak mendapat bermacam-macam pengetahuan dari bermain, contohnya bermain Puzzle yang dapat merangsang otak, melatih koordinasi mata dan tangan, melatih penalaran, pengetahuan akan warna dan bentuk.
Namun saat ini banyak sekali fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terutama di Indonesia. Seiringnya majunya perkembangan zaman, individu semakin bersaing dengan satu dan yang lainnya sampai-sampai membuat manusia terus berusaha menjadi yang terdepan.  Salah satu fenomena yang terjadi adalah para pendidik zaman sekarang berusaha menekankan anak-anak didik untuk menerima materi yang bersifat akademis .Sebetulnya memberikan pendidikan atau pengetahuan tambahan kepada anak-anak tidaklah menjadi sebuah masalah. Tapi hal itu akan menjadi sebuah masalah ketika pemberian pendidikan melebihi perkembangan dan kesiapan mental anak, dimana ada sebuah kasus anak balita diberikan pendidikan yang setara dengan pendidikan anak remaja. Berdasarkan fenomena tersebut, muncullah gagasan kita untuk lebih menekankan komponen bermain (komponen penting pada anak usia dini) dalam suatu pembelajaran namun tetap terarah dalam mendapatkan bekal untuk pengembangan diri selanjutnya. Konsep microteaching kami sesuai dengan tujuan PAUD  yaitu “Bermain sambil belajar”. Anak didik dibiarkan berkreasi dan aktif serta mandiri ( student centered) dalam meraih pengetahuan dalam cara yang menyenangkan dimana prinsip pedagogis juga menerapkan bahwa domain kognitif dan afektif  tidak bisa berada dalam suasana atau kondisi yang kering. Prinsip itu menyiratkan bahwa proses pedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia. Kami menyelaraskan antara pengenalan akan pengetahuan dengan kondisi yang mereka inginkan.
Semua aktivitas pembelajaran yang berhubungan dengan bermain kami angkat namun ada konteks / latar belakang yang difokuskan adalah “Kebudayaan Indonesia”.  Hal ini bertujuan supaya anak-anak lebih mengenal dan mencintai tanah airnya sendiri serta melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang ditinggalkan oleh para nenek moyang (Hal ini juga disesuaikan dengan keinginan para pendidik.

Senin, 14 Mei 2012

Testimoni Micro Teaching

Fatimah Lubis 10-050
Menurut saya pengalaman micro teaching, sangat menyenangkan. karena mendapat penggalaman yang baru. Disana kita melakukan apa yang kita konsep biar pun tidak berjalan dengan lancar. Kami disana membuat dokumentasi berupa vidio dan poto bareng anak-anak. sebelum kami turun kelapangan kami melakukan diskusi yang memiliki perbedaan pendapat. Biarpun terjadi perbedaan pendapat tapi menemukan jalan yang baik untuk konsep kami. 

Nurul Mukhlisah 10-117
Saya sangat senang bisa melakukan micro teaching kepada anak TK Nurmala. Saya mendapatkan banyak pengelaman disini. Sangat senang melihat anak-anak tersebut antusias menyambut kami. Agak lucu juga dipanggil ‘ibu’, bukannya ‘kakak’. Tapi tidak apa-apa asalkan panggilan itu dapat membuat kami lebih dekat dengan mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Banyak juga kendala yang tak terduga terjadi. Seperti kamera yang tidak bisa dipakai, sehingga merekamnya dengan handphone. Tapi yang pasti kami berusaha melakukan yang terbaik.

Selasa, 08 Mei 2012

Karakteristik Kelompok Yang Efektif

Ada beberapa karakteristik  yang efektif dalam berkelompok, yaitu:

1. Suasana ( atmosfir)
Suasana kerja ditempat kelompok itu berada hendaknya memberi kesan kepada semua anggota, bahwa mereka semua setaraf.

2. Rasa aman ( threat reduction)
Perasaan aman, dan hilang rasa curiga mencurigai antara individu dalam kelompok.
3. Kepemimpinan bergilir ( distributive leadership)
Kepemimpinan yang dilakukan secara bergilir yang dapat membangun kepercayaan pada diri anggota kelompok kerja, bahwa merekapun dapat dan mempunyai kesempatan dan kemampuan yang sama dengan pemimpinan yang ada
4. Perumusan tujuan ( goal formulation)
Perumusan tujuan kelompok harus jelas, sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja anggota kelompok.
5. Fleksibilitas (flexibility)
Perencanaan kegiatan harus cukup mengandung fleksibiltas, sehingga dapat dilaksanakan juga bila keadaan sudah berubah, baik karena keadaan dari luar maupun dari dalam kelompok.
6. Mufakat (consensus)
Prinsip kebersamaan kelompok merupakan bentuk dari musyawarah dan mufakat. Sehingga rasa kebersamaan kerja terbentuk.
7. Evaluasi yang sinambung ( continul evaluation)
Penilaian terhadap kegiatan yang telah dilakukan harus dibuat secara terus menerus, sehingga dapat menimbulkan motifasi baru terhadap program yang akan dijalankan berikutnya.