Selasa, 08 Maret 2011

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI, PROSES KOGNITIF, DAN TUJUAN INSTRUKSIONAL

Motivasi adalah dorongan untuk mencapai tujuan tertentu. Dorongan itu bisa saja berbentuk: antusiasme, harapan dan semangat. Semua yang kita lakukan setiap hari senantiasa dibayangi oleh adanya motivasi. Misalnya, seorang karyawan yang bekerja tentu saja memiliki motivasi bekerja, begitu pula seorang atlet memiliki motivasi bertanding, seorang pelajar dengan motivasi belajar, dan lain sebagainya.
Motivasi ialah suatu proses untuk menggalakkan sesuatu tingkah laku supaya dapat mencapai matlumat-matlumat yang tertentu. Konsep motivasi memang susah difahami kerana kesannya tidak dapat diketahui secara langsung. Seseorang guru terpaksa melibatkan proses pelbagai motif kelakuan seseorang yang diukur dari segi perubahan, keinginan, keperluan dan matlamatnya.
Motivasi adalah fenomena kejiwaan yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku demi mencapai sesuatu yang diinginkan atau yang dituntut oleh lingkungannya. Motivasi dapat bersumber dari fungsi kognitif dan fungsi afektif. Motif Kognitif lebih menekankan pada kebutuhan manusia akan informasi dan untuk mencapai tujuan tertentu. Motif ini mendorong manusia untuk belajar dan ingin mengetahui.
Motif Afektif lebih menekankan aspek perasaan dan kebutuhan individu untuk mencapai tingkat emosional tertentu. Motif ini akan mendorong manusia untuk mencari dan mencapai kesenangan dan kepuasan baik fisik, psikis dan sosial dalam kehidupannya dan individu akan menghayatinya secara subyektif. Pada lanjut usia, motivasi baik kognitif maupun afektif untuk mencapai/memperoleh sesuatu cukup besar, namun motivasi tersebut seringkali kurang memperoleh dukungan kekuatan fisik maupun psikologis, sehingga hal-hal diinginkan banyak berhenti di tengah jalan.
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu. (Stoner& Freeman, 1995:134) Motivasi menurut Ngalim Purwanto (2000:60) adalah bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku (Sbortell & Kaluzny, 1994:59)
Menurut McDonald, motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Perumusan ini mengandung tiga unsure yang saling berkaitan sebagai berikut :
a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi
b.Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal)
c. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Dari berbagai macam definisi motivasi, Stanford (1970), ada tiga point penting dalam pengertian motivasi yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik fisologis maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi (Luthans, 1988:184).
Suatu prinsip dalam tingkah laku ialah bahwa individu selalu mengambil jalan terpendek menuju suatu tujuan. Orang dewasa mungkin berpandangan di dalam kelas para siswa harus mengabdikan dirinya kepada penguasaan kurikulum. Akan tetapi, para siswa tidak selalu melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan terbaik yang menuju kearah kebebasan, produktovotas, kedewasaan, atau apa saja yang dipandang mereka sebagai perkembangan yang disukai. Dalam hubungan ini tugas guru adalah menolong mereka memilih topic, kegiatan atau tujuan yang bermanfaat, baik untuk jangka panjang maupun untuk jangka pendek.
Pengaruh Motif
Untuk memahami motif manusia perlu kiranya ada penilaian terhadap keinginan dasar yang ada pada semua semua perkembangan manusia yang normal. Sebagai bantuan terhadap proses perkembangan sejak lahir dan seterusnya, tingkah laku manusia itu dipengaruhi oleh sekumpulan keinginan dan cita-cita yang potensial yang bekerja sebagai daya pendorong dan penggerak dalam kegiatan hidupnya.
Dorongan tingkah laku yang relative sederhana pada permulaan masa kanak-kanak akan bertambah banyak dan komplek bilaman individu telah dewasa dan mengalami pergaulan hidup yang lebih luas dan berbeda. Pada umumnya sebagai hasil pendidikan, seseorang terdorong untuk memnuhi kebutuhan cita-citanya, ataupun mencapai kepuasan pribadi dalam kegiatan yang diinginkan oleh masyarakat.
Ada beberapa pengaruh motif yang menjadi factor kuat dalam belajar, diantaranya:
a. Motif mendorong si pelajar dalam kegiatan-kegiatan belajarnya. Motif disini banyak mendorong anak untuk menguasai berbagai bahan pelajaran.
b. Motif bertindak sebagai penyaring (selector) jenis kegiatan yang diikuti dan dilakukan orang. Misalnya surat kabar akan berbeda-beda artinya bagi setiap orang.
c. Motif mengarahkan tingkah laku. Artinya jika pengarah dalam proses belajar. Si pelajar harus dibantu agar mau belajar apa yang mau dipelajari dan untuk mengetahui makna kegiatan belajarnya.
Guru merupakan penggerak kegiatan belajar para siswanya. Ia harus menyusun suatu rencana tentang cara-cara melakukan tindakan serta mengumpulkan bahan-bahan yang dapat membangkitkan serta menolong para siswa agar mereka terus melakukan usaha-usaha yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan belajar.
Guru seringkali menggunakan insentif untuk memberi motivasi pada siswa u8ntuk mencapai tujuan pengajaran. Insentif akan bermanfaat jika mengandung tujuan yang akan memberikan kepuasan terhadap kebutuhan psikologis anak. Itu sebabnya guru harus kreatif dan imajinatif dalam menyediakan insentif yang tepat.
Ada dua faktor yang menjadi tenaga penggerak bagi para siswa dalam belajar yaitu motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang berasal dari luar diri siswa dan motivasi instrinsik yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Motivasi ekstrinsik ini sengaja diciptakan oleh lingkungan di luar anak, bisa oleh guru, orang tua atau pemerintah. Berbeda dengan motivasi intrinsik yang menekankan kepada bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar
Salah satu contoh dalam menumbuhkan motivasi metode reward dan punishment seringkali digunakan oleh para guru ataupu orang tau, yang harus diperhatikan bahwa metode pemberian hadiah dan hukuman hanyalah merupakan perantara, untuk menuju metode pendidikan yang lebih baik, yaitu menumbuhkan motivasi intrinsic. Jika seorang anak mampu memunculkan motivasi intrinsic ini, maka akan memilki kemampuan untuk mengelola dan mengatur dirinya sehingga tidak tergantung dorongan dan bantuan orang lain.
Fungsi motivasi dari uraian diatas menunjukkan bahwa motivasi mendorong timbulnya perilaku dan mempengaruhi serta mengubah perilaku. Jadi fungsi motivasi ialah :
1. Mendorong timbulnya perilaku atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.
2. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.
3. Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Membangkitkan Motivasi Belajar Anak
Ada dua cara yang dapat dipakai untuk membangkitkan motivasi belajar anak didik. Pertama, guru ikut terlibat dalam kehidupan anak didik. Salah satu bukti guru mengasihi anak didik adalah dengan melibatkan dirinya dalam kehidupan mereka. Kerelaan dan ketulusan guru untuk melayani mereka secara pribadi juga akan mendorong untuk memberikan waktu bagi anak didiknya dan mendengarkan keluh kesah mereka. Ia akan berusaha memahami permasalahan yang dihadapi termasuk juga melakukan kunjungan pribadi. Perbuatan kasih yang demikian akan dirasakan oleh anak didik. Mereka akan mampu membedakan mana perbuatan gurunya yang dilandasi kasih dan mana yang dilakukan dengan kepura-puraan. Dengan tindakan ini, guru sudah berhasil merebut hati anak didiknya sehingga memudahkannya untuk menanamkan motivasi kepada mereka.
Cara kedua menyangkut sikap guru di dalam kelas. Upaya seorang guru untuk membangun motivasi yang baik bagi anak didiknya di luar kelas akan rusak jikalau sikapnya di hadapan mereka salah. Mungkin ia memang mengasihi mereka dengan sungguh-sungguh. Namun, sebagian besar pemberian motivasi bergantung pada hubungan guru dengan murid dalam suasana belajar di dalam kelas.
Menurut Richards, penunjang lain untuk membangkitkan motivasi anak didik adalah sebagai berikut :
1. Guru harus mengetahui bahwa orang dapat belajar dengan baik sekali apabila pelajarannya disusun menurut pola tertentu sehingga anak didik mengetahui apa yang menjadi sasaran pelajarannya. Mereka pun dapat melihat kemajuan-kemajuan yang harus diperoleh untuk mencapai sasaran itu.
2. Orang dapat belajar dengan baik sekali apabila mereka dapat melihat hubungan antara pelajaran itu dan dirinya sendiri.
3. Orang dapat belajar dengan baik sekali jikalau merasa dapat menguasai isi pelajarannya.
4. Orang dapat belajar lebih baik jikalau melihat manfaatnya dalam kehidupan mereka.
Untuk menjadi seorang motivator, seorang guru juga tidak terlepas dari perannya sebagai pengelola kelas. Dia harus memikirkan dan merancang kegiatan di dalam kelas supaya menarik perhatian dan merangsang anak didiknya untuk belajar. Untuk itu pula guru harus melihat diri dan anak didiknya sebagai tim dalam belajar juga sebagai teman sekerja dalam belajar.
Strategi utama dalam membangkitkan motivasi belajar pada dasarnya terletak pada guru atau pengajar itu sendiri. Menurut McKeachie (1986), kemampuan guru menjadikan dirinya model yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan kesanggupan dalam diri peserta didik merupakan aset utama dalam membangkitkan motivasi.
Selain itu orang tua juga memilki peran yang sangt penting bagi tumbuhnya motivasi anak-anak mereka. Sebagai catatan banyak sekali orang tua yang berusaha membangkitkan motivasi anak dengan memberikan hadiah dan menjadikannya sebagai patokan. Menurut Basti, dari sejumlah penelitian menyebutkan bahwa pemberian hadiah memang berpengaruh pada peningkatan prestasi anak dalam belajar. Namun ia memberikan catatan agar orangtua jangan menjadikan hadiah sebagai patokan utama untuk meningkatkan motivasi sebab bisa berdampak negatif dalam pola pikir dan sikap anak. Hadiah ini bisa menjadikan anak lebih malas. “Pemberian hadiah memang dapat dilakukan oleh orangtua terhadap anak, tapi jangan menjadikan hadiah sebagai hal utama,” jelasnya.
Untuk menambah agar anak lebih termotivasi belajar maka orangtua harus senantiasa meluangkan waktu walau semenit untuk menemani anak belajar. Orangtua juga harus memberikan kesempatan pada anak untuk bisa mengenal lingkungannya dan memberikan waktu bersosialisasi kepada teman-teman.
Orangtua juga harus memahami kondisi psikologis anak. Saat anak tidak ingin belajar maka berikanlah kesempatan untuk bermain. Jangan menjadi orangtua yang memiliki sikap otoriter, memaksakan keinginan agar anak mendapatkan prestasi di sekolah dengan memberikan les privat. “Hindarkan menjadi orangtua yang otoriter. Dimana seluruh keinginan Anda harus dilaksanakan oleh anak. Ini akan berdampak kejenuhan dalam diri anak” .
DAFTAR PUSTAKA
Irawati istiadi. Agar Hadiah Dan Hukuman Efektif. Pustaka Inti. Jakarta, 2005.
Mustaqiem, Drs. Abdul Wahib, Drs. Psikologi Pendidikan. Rieneka Cipta. Jakarta, 1991.
L. Crow and A. Crow. Psychology Pendidikan. Abd. Rahman Abror. Nur Cahaya. Yogyakarta, 1989.
Oemar Hamanik. Psikologi Belajar Dan Mengajar. Sinar Baru Algensindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar