Selasa, 02 Oktober 2012

Teori - Teori Belajar Awal


Nama kelompok :
Fatimah Lubis     (10-050)

Disetiap waktu,
sains adalah bentuk dari riset-riset yang dilakukan,
riset merupakan metode efektif  yang ditemukan dan sesuai zamannya.
Setiap langkah kemajuan dalam sains bergantung pada penelitian sebelumnnya,
proses ini tidak bisa dipercepat hanya dengan menunggu
(Boring, 1930 dalam Gredler learning and instruction)


v  Pengkondisian Klasik dan Koneksionisme
Mempelajari perilaku memiliki dua pendekatan awal, pertama pengkodisian klasik dan yang kedua koneksionisme

Asumsi dasar behaviorisme :
1.      Yang menjadi fokus studi seharusnya adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kejadian mental internal atau rekonstruksi verbal atas kejadian
2.      Perilaku harus dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana (stimuli spesifik dan respons spesifik)
3.      Proses belajar adalah perubahan behavioral. Suatu respons khusus terasosiasikan dengan kejadian dari suatu stimulus khusus, dan terjadi dalam kehadiran stimulus tersebut.

Behaviorisme
Pengkondisian refleks dalam eksperimen yang dilakukan Bekheterev dan Pavlov merefleksikan asumsi ini dan mendemonstrasikan bahwa relasi natural antara stimulus dan refleks yang terasosiasikan dapat diubah.

Teori Emosi
Watson mengidentifikasi 3 reaksi emosional bayi yang bersifat naluriah, yaitu ; cinta , marah, dan takut. Watson sepakat dengan Freud bahwa kehidupan emosi dewasa dimulai sejak masa bayi dan emosi itu dapat ditransfer dari satu objek/kejadian ke objek atau kejadian lainnya.
Hukum Belajar
Thorndike pada awalnya mengidentifikasi 3 hukum belajar. Pertama, hokum efek (law of effects) menyatakan bahwa suatu keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi antara stimulus dan perilaku yang tepat, dan keadaan yang menjengkelkan akan melemahkan koneksi tersebut.
Hukum efek penting karena mengidentifikasi mekanisme baru dalam proses belajar. Kedua, hokum latihan (law of exercise) menyatakan bahwa perulangan dari pengalaman akan meningkatkan peluang respons yang benar jika diikuti oleh keadaan yang menyenangkan. Ketiga, hokum kesepian (law of  readiness) mendeskripsikan kondisi yang mengatur keadaan yang disebut sebagai “memuaskan” atau “menjengkelkan”.

v  PSIKOLOGI GESTALT (Presepsi dari Pengalaman)
Penelitian yang dilakukan oleh Gestalt terhadap persepsi visual menunjukan, pertama persamaan yang banyak dapat diperkirakan sebagai keseluruhan dan kedua seringnya individual mentransformasikan input visual yang tidak lengkap kedalam citra visual yang lebih jelas disebut proses konstruktif

Asumsi dasar :
1.      Bahwa yang harus dipelajari adalah perilaku “molar” bukan perilaku “molecular”
2.      Individu memahami aspek dari lingkungan sebagai organisasi stimuli, dan merespon berdasarkan persepsi tersebut.
Faktor-faktor spesifik dalam pemecahan masalah :
1.      Latihan mentransfer
2.      Pendekatan masalah dan kekuatan fungsional
3.      Belenggu masalah

v  Perbandingan Teori Gestalt & Behaviorisme
Psikologi behaviorisme dan Gestalt mendasarkan risenya pada asumsi yang berbeda mengenai sifat dan belajar dan fokus studinya.
Behaviorisme mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku dan mengidentifikasi stimuli dan respons sebagai fokus riset. Sedangkan psikologi Gestalt berpendapat bahwa seseorang merespons stimuli yang terorganisasi dan perspepsi perorangan adalah faktor penting untuk memecahkan masalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar