Lokasi
: JL. K.L Yos Sudarso LK. 14C Kelurahan Glugur ,
Kecamatan Medan Barat
Tujuan pemilihan PAUD
: Lokasi yang dekat dengan rumah
Jumlah
siswa
: 25 orang
Usia
siswa
: 2-6 tahun
Konsep Pengajaran
: Bermain sambil
Belajar
Tujuan Pengajaran
: Memberi kesempatan kepada siswa untuk
aktif dan kreatif
Alokasi Waktu
: 120
menit
I.Tinjauan / Observasi
Sebelum melaksanakan microteaching,
kami melakukan observasi terlebih dahulu pada tanggal 9 April 2012 kemudian
melakukan diskusi dengan para pendidik untuk mengetahui bentuk pembelajaran
yang dibutuhkan sehingga kami dapat merancang konsep pembelajaran. Setelah
berdiskusi dengan para pendidik, mereka menginginkan “Budaya Indonesia” menjadi
salah satu tema pengajaran kami.
II.Latar Belakang
pemilihan Konsep
Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) adalah salah satu bentuk jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pada usia sejak lahir sampai 6 tahun, anak-anak diberikan pengenalan lingkungan
dengan metode bermain yang bisa merangsang pertumbuhan secara kognitif maupun
motorik. Bermain sangat penting bagi anak-anak karena itu adalah kegiatannya.
Anak mendapat bermacam-macam pengetahuan dari bermain, contohnya bermain Puzzle
yang dapat merangsang otak, melatih koordinasi mata dan tangan, melatih
penalaran, pengetahuan akan warna dan bentuk.
Namun saat ini banyak
sekali fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terutama di Indonesia.
Seiringnya majunya perkembangan zaman, individu semakin bersaing dengan satu
dan yang lainnya sampai-sampai membuat manusia terus berusaha menjadi yang
terdepan. Salah satu fenomena yang terjadi adalah para pendidik zaman
sekarang berusaha menekankan anak-anak didik untuk menerima materi yang
bersifat akademis .Sebetulnya memberikan pendidikan atau pengetahuan tambahan
kepada anak-anak tidaklah menjadi sebuah masalah. Tapi hal itu akan menjadi
sebuah masalah ketika pemberian pendidikan melebihi perkembangan dan kesiapan
mental anak, dimana ada sebuah kasus anak balita diberikan pendidikan yang
setara dengan pendidikan anak remaja. Berdasarkan fenomena tersebut, muncullah
gagasan kita untuk lebih menekankan komponen bermain (komponen penting pada
anak usia dini) dalam suatu pembelajaran namun tetap terarah dalam mendapatkan
bekal untuk pengembangan diri selanjutnya. Konsep microteaching kami
sesuai dengan tujuan PAUD yaitu “Bermain sambil belajar”. Anak didik
dibiarkan berkreasi dan aktif serta mandiri ( student
centered) dalam meraih pengetahuan dalam cara yang menyenangkan dimana prinsip
pedagogis juga menerapkan bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa
berada dalam suasana atau kondisi yang kering. Prinsip itu menyiratkan bahwa
proses pedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara
kondisi manusia. Kami menyelaraskan antara pengenalan akan pengetahuan dengan
kondisi yang mereka inginkan.
Semua aktivitas
pembelajaran yang berhubungan dengan bermain kami angkat namun ada konteks /
latar belakang yang difokuskan adalah “Kebudayaan Indonesia”. Hal ini
bertujuan supaya anak-anak lebih mengenal dan mencintai tanah airnya sendiri
serta melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang ditinggalkan oleh para nenek
moyang (Hal ini juga disesuaikan dengan keinginan para pendidik).
III.Landasan Teori
Metode
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berpusat pada anak memberikan
kesempatan dan kebebasan pada anak untuk mengemukakan pemikirannya, mereka
mengemukakan pemikirannya sendiri dan mengidentifikasikannya kegiatannyya.
Segala sesuatu yang munculnya dari diri anak dikemangkan menjadi sebuah
kurikulum. Aspek yang terpenting dalam metode yang berdasarkan permainan adalah
kebebasan anak dalam bermain.
Secara
khusus proses pembelajaran pada anak usia dini haruslah didasarkan
prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini, yaitu :
(1) Proses kegiatan
belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan berdasarkan prinsip belajar
melalui bermain;
(2) Proses kegiatan anak usia dini dilaksanakan dalam
lingkungan yang kondusif dan inovatis baik di dalam ruangan ataupun di luar
ruangan;
(3) Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dengan
pendekatan tematik dan terpadu;
(4) Proses kegiatan belajar anak usia dini
haruslah diarahkan pada pengembangan potensi kecerdasan secara menyeluruh dan
terpadu.
Bermain
adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain
adalah hidup dan hidup adalah permainan (Mayesty, 1990: 196-197, dalam Sujiono,
Yuliani). Piaget dalam Mayesty (1990:42) mengatakan bahwa bermain adalah suatu
kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi
diri seseorang; sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) memandang
kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat
memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekpresikan perasaan,
berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat
membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta
lingkungan tempat dimana ia hidup.
Pada dasarnya, tujuan utama bermain adalah memelihara perkembangan dan
pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif,
interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Semua anak usia
dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual
dan bervariasi antar anak satu dengan anak lainnya (Catron dan Allen, 1999:
163).
Elkonin dalam Catron dan Allen (1999:1633) menggambarkan empat prinsip bermain,
yaitu:
(1) dalam bermain anak mengembangkan
system untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam rangka mencapai tujuan yang
lebih kompleks;
(2) kemampuan untuk menempatkan
perspektif orang lain melalui aturan-aturan dan menegosiasikan aturan bermain;
(3) anak mengembangkan replica untuk
menggantikan objek nyata, lalu mereka menggunakan objek baru yang berbeda.
Kemampuan menggunakan symbol termasuk kedalam perkembangan berpikir abstrak dan
imajinasi;
(4) kehati-hatian dalam bermain mungkin
terjadi, karena anak perlu mengikuti aturan permainan yang ditentukan bersama
teman mainnya.
Fungsi bermain antara lain:
(1) dapat memperkuat dan mengembangkan
otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar, dan
keseimbangan, karena ketika bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana
kerja tubuhnya;
(2) dapat menggembangkan keterampilan
emosinya, rasa percaya diri pada orang lain, kamndirian dan keberanian untuk
berinisiatif, karena saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang
lain, binatang, atau karakter orang lain. Anak juga belajar melihat dari sisi
orang lain(empati);
(3) dapat mengembangkan kemampua
kemampuan intelektualnya, karena melalui bermain anak seringkali melakukan
ekplorasi terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya sebagai
wujud dari rasa keingintahuannya;
(4) dapat mengembangkan kemandiriannya
dan memnjadi dirinya sendiri, karena melalui bermain anak selallu bertanya,
meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan, berlatih peran social
sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.
Cosby dan Sawyer (1995:85) menyatakan bahwa permainan secara langsung
memengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi
anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkunngannya. Permainan
memberikan anak-anak kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi diri/bakat
dan untuk berkreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam diri
mereka sendiri: mereka bermain untuk menikmati aktivitas mereka, untuk
merasakan bahwa mereka mampu, dan untuk menyempurnakan apa yang telah ia dapat
baik yang telah mereka ketahui sebelumnya juga hal-hal yang baru.
Adapun jenis permainan yang dikembangkan di dalam program pembelajaran anak
usia dini dapat digolongkan ke dalam berbagai jenis permainan seperti yang
dikemukakan oleh Jefree, Conkey dan Hewson (2002: 15-21), yakni permainan
eksploratif (exploratory play), permainan dinamis (energetic play),
permainan dengan keterampilan (skillful play), permainan social (social
play), permainan imajinatif (imaginative play), dan permainan
teka-teki (puzzle-it-out play). Keenam penggolongan tersebut pada
dasarnya saling terintegrasi satu dengan lainnya, sehingga dalam penerapannya
mungkin saja salah satu permainan dapat mengembangkan jenis permainan lainnya.
Dari keterpaduan di antara permainan tersebut maka akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi anak saat melakukan permainan tersebut.
IV.PELAKSANAAN MICROTEACHING
Pada tanggal 20 April
2012 , kami bergerak ke TPA Nurmala dengan tujuan untuk melakukan micro
teaching :
Jam 08:00- 08:30
: Melakukan
Senam dan doa pagi serta perkenalan
-Kegiatan
ini adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh anak murid di PAUD NURMALA,
anak-anak dibiarkan untuk melakukan senam pagi bersama dengan bantuan media
televisi.
Kegiatan dilanjutkan
dengan melakukan doa bersama anak-anak yang dipimpin oleh ibu guru. Perkenalan
anak-anak dilakukan setelah doa bersama selesai.
Jam
08:30-08.50
:
Bermain kerak lilin
-Alat
dan bahan
:
3 buah kerak lilin.
-Instruksi
:Anak-anak dikelompokkan
dalam 3 kelompok untuk berlomba menciptakan suatu karya bebas yang terbuat dari
kerak lilin. Masing-masing kelompok dibimbing oleh 1 instruktur. Hasil
akhir dinilai dari karya yang terbaik.
-Tujuan
: Merangsang kreativitas
anak sekaligus membangun kemampuan anak untuk bekerja sama dalam tim
(teamwork).
Jam
08:50-09:05 : Cerita legenda dan
role-playing
-Alat
dan bahan
: Satu buku kumpulan cerita Tanah Karo
-Instruksi
: Anak-anak diajak duduk membentuk
lingkaran dan mendengar cerita yang disampaikan oleh instruktur micro
teaching kemudian anak-anak diajak untuk melakukan role-play dari
tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Anak-anak bebas memilih tokoh yang
akan dirole-play.
-Tujuan
:Meningkatkan
kemampuan pemahaman bahasa anak, mnenambah pengetahuan anak tentang peran tokoh
dalam cerita, mendorong anak untuk lebih aktif berinteraksi, mengajarkan moral
dan memperkenalkan budaya Indonesia
Jam
09:05-09:20 : melakukan
permainan loncat menyebutkan nama buah
dan gobak sodor
1.Gobak
sodor
Alat dan
bahan : -- (hanya memerlukan lapangan yang
luas)
Instruksi
: Anak-anak dibentuk menjadi 2
kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 12 orang dan membentuk
barisan panjang. Setiap kelompok memiliki pemimpin. pemimpin kelompok berusaha
menangkap atau menyentuh anggota kelompok lain yang berada di ujung barisan
untuk masuk ke kelompoknya. Kelompok yang memiliki barisan terpanjang
ditetapkan menjadi pemenang.
Tujuan
:Untuk melatih kerjasama dalam
tim, melatih kepemimpinan, mengasah kemampuan otak, mengasah kemampuan untuk
menganalisa dan mencari strategi yang tepat untuk menentukan keputusan dalam
melangkah, meningkatkan kekuatan dan ketangkasa
2.Loncat
Buah
Alat dan
bahan
: -- (hanya memerlukan lapangan yang luas)
Instruksi
: Permainan ini melibatkan 2
pihak, yaitu pihak penjaga, dan pihak yang meloncat. Pihak penjaga terdiri dari
2 orang, sedangkan pihak yang meloncat terdiri dari anak-anak selain anak-anak
di pihak penjaga. Kedua anak pihak penjaga harus jongkok sambil bergandengan
tangan untuk membentuk “pagar”. Anak-anak bergantian meloncat melangkahi
“pagar” penjaga sambil menyebutkan satu nama buah. Anak-anak yang
menyentuh pagar penjaga sewaktu melompat akan menggantikan anak yang tersentuh sebagai
penjaga.
Tujuan
: Meningkatkan kemampuan otak anak untuk cepat memberi respons, melatih gerak
motorik anak dan melatih kemampuan dalam mengingat serta menambah pengetahuan
akan jenis-jenis buah (salah satunya).
Jam 09:20 istirahat
Jam 09: 25-09:50
:
Mewarnai
Alat dan Bahan
: 6 buah buku gambar, crayon
Instruksi
: Anak-anak dibentuk kelompok menjadi 3, setiap
kelompok diberikan seorang mentor untuk memperhatikan hasil kerja dari
anak-anak didik dan diberikan waktu 20 menit untuk menyelesaikannya.
Tujuan
: Melatih
kemampuan koordinasi antara mata dan tangan, membantu dalam pengenalan warna,
melatih penalaran dan kreativitas anak , melatih anak mengenal detail suatu
objek sehingga dapat mewarnai tanpa lewat garis dari suatu objek, meningkatkan
konsentrasi, mengembangkan ketrampilan motorik baik secara halus melalui
gerakan-gerakan jari tangan maupun kasar melalui gerakan lengan.
Jam 09: 50- 10:00
: Penutup
Pembagian reward, acara foto serta berrnyanyi bersama dengan para guru dan
siswa PAUD NURMALA.
V.HASIL
PELAKSANAAN
Tujuan dari kegiatan micro
teaching , yaitu memperkenalkan dan menambah pengetahuan anak-anak mengenai
kebudayaan Indonesia melalui prinsip belajar sambil bermain. Melalui kegiatan
micro teaching ini anak-anak mendapatkan pengetahuan mengenai permainan
tradisional Indonesia (gobak sodor, loncat buah), berkreasi dengan plastisin
(kerak lilin), menyanyikan lagu daerah indonesia (bungong jeumpa, dan suwe ora
jamu), dan kegiatan bermain peran dalam suatu cerita serta mewarnai.
Kegiatan micro
teaching ini lebih menantang kelompok untuk dapat melakukan tugas sebaik
mungkin, selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu,
kami juga bertanggung jawab terhadap kegiatan mengajar pada anak-anak. Tanggung
jawab itu berupa bagaimana kami dapat menstransformasikan ilmu/bahan ajar
kepada anak-anak dalam bentuk yang lebih menyenangkan. Tentunya dengan
menerapkan teori-teori paedagogi dan prinsip belajar pada anak prasekolah.
Setelah melakukan
kunjungan ke lapangan, kegiatan micro teaching dapat berjalan lancar,
walau ada kendala disana sini sehingga mengharuskan kami melakukan improvisasi
pada saat mengajar, namun semua bahan ajar yang sudah dikonsepkan untuk
ditransferkan pada anak didik dapat tersampaikan dengan baik. Seperti pada
kegiatan mendongeng (Legenda dari Tanah Karo), anak mendengarkan dongeng yang
disampaikan dengan baik, itu tampak ketika kami mengadakan evaluasi, mereka
mampu mereview dongeng yang telah disampaikan. Selain itu, pada saat kegiatan
bermain dengan plastisin (kerak lilin), kami membagi anak menjadi beberapa
kelompok, dengan tujuan agar bisa melakukan adaptasi dan bersosialisasi dengan
teman –teman mereka. Namun kami menemukan ada beberapa anak yang hanya bermain
sendiri, dimana mereka belum mau membagi plastisin yang ia punya kepada
temannya. Tapi kegiatan ini lebih terstruktur, dikarenakan pada setiap
kelompok, mempunyai satu mentor (salah satu dari kami) yang mengarahkan peserta
didik, dan kegiatan ini juga berjalan dengan lancar. Setelah itu sebelum
peserta didik diajak untuk mewarnai (kegiatan terkahir), kami terlebih dahulu
bermain tebak-tebakan lagu daerah dan bernyanyi bersama, sehingga para peserta
didik tidak bosan. Dan yang terakhir adalah kegiatan mewarnai, kegiatan ini
ditanggapi dengan cukup antusias oleh peserta didik, mereka semangat mewarnai
dan mulai saling berbagi cat/pencil warna dan crayon. Kemudian diakhir kegiatan
kami membagikan reward kepada peserta didik dan menutup kegiatan pada hari
tersebut dengan bernyanyi bersama. Kegiatan micro teaching berjalan cukup baik
dan terstruktur sesuai dengan konsep yang telah disiapkan.
Kegiatan micro
teaching ini memberikan pengalaman dan pengetahuan yang sangat bermanfaat
bagi anggota kelompok. Konsep-konsep pedagogi yang dipelajari selama ini tidak
hanya tertimbun dalam otak sebagai teori, Namun dipraktekkan secara
langsung yang membuat kami memiliki kesempatan belajar bersama,
meningkatkan kemampuan pemilihan metode mengajar, meningkatkan rasa percaya
diri dan meningkatkan ketrampilan mengajar serta dapat melakukan feedback
dengan para pengajar yang professional untuk menjadi suatu landasan bagi kami
yang ingin menjadi pendidik professional di masa depan . Proses mendidik anak
tidak semudah yang tertera dalam buku. Kesuksesan dalam mendidik anak tidak
hanya dapat diukur berdasarkan tingkat pendidikan guru, namun juga memerlukan
ketrampilan berkomunikasi, komitmen,kesabaran, dan kasih sayang dan masih
banyak lagi. Dari pengalaman yang diperoleh kali ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai metode pendidikan anak usia
dini.
VI.KALKULASI
BIAYA
No
Rincian Pengeluaran
Jumlah
Biaya yang dikeluarkan
1
Buku gambar
6 buah
Rp 12.000,-
2
Plastisin
3 buah
Rp 16.500,-
3
Choki-choki
1 kotak
Rp 13.000,-
VII.ALAT
YANG DIGUNAKAN
oKamera
oAlat
tulis
oHandycam
media Audiovisual
DAFTAR PUSTAKA
;
Sujiono, Yuliani
Nurani.2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini.
Jakarta
:PT.INDEKS
Danim, Sudarwan.2010.
Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta
UTS ONLINE ^o^.. ujian online ini merupakan pertama kali bagi saya. Tapi kok yang namanya KULIA ONLINE sudah biasa terjadi di mata kualia pendidikan dan mata kulia peadagogi. Yang saya rasakan adalah senang, takut (cemas). Apa yang saya senangkan ? dan apa yang saya takutkan ? Ia saya senang karena tidak perlu ujian pagi-pagi dan tak osa takut bahan ujian peadagogi dan bahan ujian yang 1 lagi mata kulia tercampur dan saya bisa lebih tenang + bersiap mengikuti ujian mata kulia 1 lagi. Dan yang saya takutin adalah, saya sangat takut jaringan internet saya tiba-tiba tidak konek jadi saya tidak bisa menjawab soal-soal yang ibu berikan. Setiap berapa jam sekali saya lihat blog saya ini, apakah sudah di balas komen saya atau tidak. #parnok banget hehehe
Ujian online ini bukan hanya sekedar menjawab dan mengevaluasi hasil pembelajaran selama setengah semester ini. Semua ini memiliki kaitannaya dengan pelajaran mata kulia paedagogi dan tentunya di dalam psikologi pendidikan.
Penayakit mental adalah suatu ketidak
mampuan menyesuaikan diri serius sifatnya, yang mengakibatkan adanya
ketidakmampuan tertentu pada seseorang. Sumber utamanya adalah kegagalan
memenuhi kebutuhan akan rasa bersalah dan kegagalan memenuhi ambisi au
keinginan kuat. Akibat yang ditimbulkan dari penyakit mental bagi sebagai orang
adalah menjadi pemalu dan menarik diri, dan sebagaian lain menjadi garan,
agresif, dan jahat (Gea, Wulandari, Babari, 2003). Lalu bagaimana mencegahnya ?
Ada tujuh cara untuk mencegah penyakit mental ini, yaitu:
1.Menyadari
keadaan mental sendiri
Dilakukan denagn mengikut
tes mental, melakukan refleksi diri di saat tenang, atau bertanya pada orang
lain tentang keadaan diri sendiri.
2.Menyedidiki masa lalu yang
berpotensi sebagai penyebab terjadinya gangguan mental.
Dalam salah satu terapi dianjurkan bahwa pengalaman-pengalaman masa lalu harus
disadari dan diungkapkan kembali dengan berbagai cara, dengan sendiri atau
dalam kelompok, atau dengan bantuan terapis.
3. Memiliki teman sebagai tempat
berbagi.
Banyak ahli menunjukkan bahwa bagi kebanyakan orang, pertumbuhan dan
peningkatan kepribadian berlasung berkat pertolongan orang yang dekat dengan
kita.
4.Berusaha menemukan bentuk-bentuk tingkah laku yang akan
memuaskan kebutuhan psikologis dasar.
Bila sumber penyebab gangguan mental sudah jelas, maka langkah pencengahan dan
pemulihannya akan efektif.
5.Meminta bantuan psikolog.
Bisa terjadi bahwa sesudah berusaha mencarinya, penyebab gangguan mental itu
belum dapat juga diidetifikasi oleh kita sendiri atau orang lain yang dekat
dengan kita.
6.Tinggal dalam lingkungan yang kondusif.
Orang yang sedang mengalami gangguan mental membutuhkan lingkungan yang sengaja
diciptakan sesuai dengan suasana yang lebih menjamin untuk dapat melakukan
tindakan-tindakan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar psikologisnya.
7.Mengerahkan kecenderungan alamiah kea rah nilai-nilai
yang luhur dan berpikir positif.
hal ini untuk ditumbuhkan dalam diri orang yang mengalami gangguan mental
berat.
Ini lah ketuju cara
untuk mencegah gangguan mental.
Influence Tactics merupakan spesifik
perilaku yang digunakan individu untuk memegang kekuasaan dan pengaruh lainnya. Menurut Yukl dan
Falbe (1993) ada Sembilan taktik, yaitu:
1. Ratioal
Persuasion: Seseorang yang menggunakan
logika dan fakta dalam beragumen untuk mempengaruhi anggota kelompok. 2. Inspiration
Appeals: Seseorang menggunakan tujuan
ata goal seseorag dengan usul yang demikiannya agar diterima. 3. Consultation: Seseorang memohon pentujuk kpada
target dalam merencanakan segala sesuatu agar menarik perhatiannya. 4. Ingratiation : Seseorang mencoba bersikap baik
kepada seseorang, lalu setelah itu meminta korban melakukan apa yang ia
inginkan. 5. Personal
appeals: Seseorang menggunakan
kesetin atau persahabatn sebagai alasan dalam meminta sesuatu. 6. Exchange: Seseorang menjanjajikan sesuatu
yang erharga apabila taget mau untuk membantunya. 7. Coalition
tactics: Seseorang meminta orang
lain yang menjadi teman dekat target untuk melakukan apa yang diinginkannya. 8. Pressure : Seseorang menggunakan perintah,
ancaman, dan eringaan, untuk mempengauhi target. 9.
Legitimating tactics: Sesorang meminta
bantan target dengan mengatakan bahwa semua yang dilakukannya akan sesuai
dengan tujuan dan arapan organisasi.
Penggunaan taktik-taktik ini sendiri targantung pada situasinya.
Kita harus melihat budaya dari kelompok, norma-norma yang ada di dalamnya, dan
hal lainnya. Kita juga harus memperhatikan power bases apa yang kita miliki.
Secara umum, semakin tingg status kita dalam kelompok maka akan semakin
bervariasi taktik yang kita gunakan dalam mempengaruhi indivdu.
Taktik ini akan semakain efektif apabila sebelumnya, kita
memiliki hubungan baik dengan target. Studi mengindikasikan bahwa hubungan kit
dengan taget sangat berpengaruh dalam saha kita mempengaruhi mereka.
Jenis-jenis dibagi menjadi .
1. Upward: Usaha kita mempengaruhi orang yang
berada di atas kita. 2. Downward: Usaha kita mempengaruhi orag yang
beada di bawah kita. 3. Lateal:Usaha kita mempengaruhi orang yang
setara dengan kita (teman sebaya).
Tapi harus diingat penggunaan rencana serta intmidasi sangat
tidak bijaksana ketika digunakan dengan orang yang memiliki status lebih tingg
dari kit, apabila dia memiliki reward dan coercive power atas dir kita. Kita
harus memikirkan untung rugi ketika menggunakan berbagai macam taktik tadi.
Apa itu pedagogi dengan pedagogis ? Dimana bedanya ya ? Pedagogi merupakan kata benda yang bermakna ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran. Sedangkan Pedagogis merupakan kata sifat, yang bermakna sebagai salah satu proses mendidik. Pedagogis menurut Danilov (1978) adalah suatu proses interaksi terus-menerus dan saling berasimilasi antara pengetahuan ilmia dan pengembangan siswa.
Alberto Garcia et al (2005) berpendapat bahwa pedagogis merupakan tindakan guru dan siswa dalam konteks organisasi sekolah, dimana interaksi itu dilakukan berdasarkan teori pedagogis tertentu, berteoritis pada tujuan intirusional, dan dikembangkan dalam interaksi yang dekat dengan keluarga dan masyarakat untuk mencapai pembentukan siswa secara sehat. Sedangakan, Ana Maria Gonzalez Soca mendefinisikan proses pedagogis sebagai sebuah pendidikan yang menyoroti hubungan antara pendidikan, pengajaran, dan yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian siswa agar mempersiapkan dirinya untuk menjalani kehidupan.
Mengajar berasal dari kata "ajar". Kata ajar berarti memberi pentunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek tertentu diketahui atau dipahami. Mengajar adalah tindakan seseorang atau tim dalam memberikan pentunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek didik tertentu agar mereka mengetahui dan memahaminya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Pengajar adalah semua proses tindakan yang terjadi dalam kerangka kegiatan mengajar. kegiatan itu dimulai dari merencanakan, melaksanankan, menilai, menhanalisasis hasil, melakukan refleksi, dan membantu tindakan lanjut bagi perbuatan mengajar berikutnya.
Setiap guru didasar pada paradigma yang bebeda mengenai cara siswa belajar. Strategi yang tumbuh dari paradigma yang berbeda. Lima Srategi mengajar, yaitu:
1. Pelatihan dan pelatihan lajut, yaitu mengembangakan keterampilan dasar dan lanjutan daengan tujuan yang jelas, melaksakan pembelajaran dengan langkah-langkah tertentu, dan memperkuat setiap kemajuan.Srategi ini di dasarin oleh hasil temuan psikologi perilaku.
2. Caramah dan menhelaskan, yaitu menyajikan informasi dengan cara yang dapat dipahami, mudah diproses, dan diingat. Srategi ini di dasarin oleh hasil temuan psikologi kognitif.
3. Mencari dan menemukan, yaitu pembelajaran keterampilan berpikir, pemecahan masalah, dan kreativitas melalui penyelidikan penemuan. Srategi ini di dasarin oleh hasil temuan proses berpikir dan penelitian psikologis pada penalaran dan kreativitas.
4. Kelompok dan tim, yaitu berbagai informasi, bekerja secara kooperatif pada pembelajaran proyek, serta mengeksplorasi sikap pendapat, dan keyakinan melalui proses kelompok.